Saturday, March 25, 2017

Tolong Aku Semesta

       Lalu apa yang ada setelah mimpi menjelang jam tiga pagi terenggut habis tanpa sisa? Mimpi saja? Atau hanya fiksi belaka?

       Persetan dengan cerita dunia yang katanya tak jadi apa apa jika aku memilih untuk melangkah kesana. Hijau bertiup angin dari mata timur menuju barat. Melambungkan sebundar plastik berisi udara bebas di lapangan luas. Kau kuras habis semua cerita yang kutuliskan bahkan sebelum aku mengenal yang kau sebut mimpi.

       Tirus hati yang kau ciptakan sedemikian rupa cukup bisa membuat jiwa ini berhenti untuk hidup walau raga yang masih bisa berjalan ini terus melangkah walau redup.

       Sedemikian indah cerita dalam malam ini terpampang jelas dimuka jelata jiwa yang ingin itu menjadi nyata. Dengarlah langit dan semesta, untuk sebuah angan yang dahulu tinggal sehasta untuk berubah menjadi nyata. Tak kasihan kah kau denganku yang telah terpuruk tertelan waktu yang semakin hari semakin melahap habis detik demi detik yang terdengar jelas di telinga.

       Jika memang tak jalannya untuk ku melangkah. Jangan kau buka lagi gambaran indah yang pernah kujamah. Kelamkan. Pekatkan. Hitamkan dunia itu dari pandang bola mata. Hingga aku terus berjalan tanpa melihat kekanan. Hingga aku lupa, bahwa cerita indah ini hanya mimpiku didalam mimpi tengah malam.

No comments:

Post a Comment