Thursday, May 11, 2017

Dalam Duka

       Aku datang sebagai penantang jurang yang selalu membuatku ingin berjuang. Menetapkan diri sepantas mungkin untuk diliat dan ditatap rapat. Kecilkan sedikit saja pandang matamu kepadaku, lalu temukan hal yang paling berhaga untuk kau jaga. Aku memanglah bukan siapa siapa untuk kau sapa apalagi kau cinta. Aku mungkin hanya ribuan titik dalam hidupmu. Tak terlihat jika kau tak berniat sedikit saja untuk mencariku, seperti halnya kau melihat sel anemia bulan sabit dibawah binokular mikroskop. Apalah yang aku katakan ini, tak penting mungkin bagimu.

       Perkara hati yang selalu membara ketika mendengarkanmu berbicara barang sedetik saja. Hanya kata kata ini yang bisa membuatku untuk tetap mencinta dalam duka. Terlalu naif ingin memilikimu seutuhnya sedangkan ada hati lain yang sedang bersemayam dalam di relung hatimu. Maafkan aku untuk kali ini, untuk tetap mencintaimu walau hati terkadang tertegun ludah sendiri melihatmu bahagia dan bukan bersamaku.

         Salahkan aku yang terlalu dalam bersembunyi dalam diam. Tak berani berbicara sepatah dua patah kata apalagi tentang cinta. Tetaplah berada dijalurmu semestinya, jangan menengok kekanan kekiri bahkan kebelakang karena aku tak ingin ada kepedulianmu kepadaku barang secuil. Aku tak ingin kau selalu menjadi hantu dalam tidur tengah malamku, selalu saja dengan paras cantik senyummu menyapaku dalam tidur yang mungkin membuatku sedikit ngelantur tentang cinta yang tersusun rapi teratur untukmu. Semoga semua yang dulu ada hilang seketika. Karena aku mencintaimu dalam duka, bukan dalam suka.

Monday, May 8, 2017

Seribu Makna Seribu Cerita

       Seribu makna seribu cerita membuatku menjadi pria yang bahagia. Bahkan paling bahagia didunia. Aku berterima kasih kepada Tuhan karena menciptakanmu hampir mendekati sempurna. Menjadi bagian paling indah yang berhasil membuatku terpanah berulang kali tanpa jeda.

       Kau tercipta untuk membuatku bahagia, setiap hari tanpa berhenti. Tetaplah seperti ini adanya karena cinta yang ada semakin berevolusi hingga tak terhingga, dan kuharap kau tak mengurangkan kadar yang telah ada menjadi berkurang perlahan bahkan hilang tanpa sisa.

       Aku bukan penjelajah waktu yang bisa pergi ke masa depan hanya untuk memastikan kau tetap milikku hingga akhir perjalanan. Setidaknya aku bisa berharap dari detik ini hingga suatu saat nanti kau milikku dan tetap berada di hati pujangga yang selalu jatuh cinta ketika kau menatapku dalam sukma.

       Dan ketika baris tulisan ini tercipta hanya wajahmu yang terpampang jelas di dunia alam bawah sadar tengah malam menjelang tidur panjang hingga pagi datang. Aku berharap kau bisa membaca tulisan yang tak ada apa apanya ini dan mengabulkan permintaan yang selalu tersemat jauh didalam hati ini. Terima kasih telah bernegosiasi dengan Tuhan untuk bertemu denganku beberapa waktu lalu. Dan aku tak akan menyia nyiakan waktu yang telah berpihak padaku untuk jatuh cinta padamu. Terima kasih.

Sunday, May 7, 2017

Malam Dingin Tanpa Angin

       Apalah arti kepencundangan dengan diam yang membabi buta merajalela bebas berkuasa dalam diri. Jika dimasa depan kita bersama, salahkan aku yang tak berani berbicara padamu saat itu. Atau jika dengan aku menyapamu saat itu masa depan yang terjadi berubah karena aku melanggag aturan garis waktu. Ah entahlah tak ada yang tau masa depan seperti apa.

       Gerai rambut itu saat ketika aku melihatmu dari sisi kanan keadaan membuatku semakin ingin menatapmu dan tetap dalam diam. Entah bagimana menghilangkan kepecundangan ini sehingga kata kata yang tersendat ini terucap tanpa tersirat.

         Kita berada dalam dua kisah yang membuat kita terpisah tapi selalu bertemu dan bahkan bertegur sapa. Entah sudah berapa banyak kadar dalam satuan cinta yang tak bertuan ini. Aku hidup untukmu, entah apakah nanti aku mati bersamamu atau tanpamu.

        Dan biarlah aku dengan kepecundanganku ini menikmati setiap keindahan manusiawi yang menyerupai bidadari taman mimpi yang tersemat indah dalam dirimu wahai pujaan hati. Toh kadang cinta tak mesti bersama. Semoga kejernihan hati tanpa pretensi ini bisa kau baca lalu kau nikmati dalam malam dingin tanpa angin.

Thursday, May 4, 2017

Kepulan Penyesalan

       Kutarik sebatang tembakau yang masih utuh dalam kotaknya. Menyalakan api yang dengan indah menari nari diatas pemantik warna merah yang tinggal setengah. Terbakar lalu kuisap dalam dalam, memejamkan mata dan menghembuskan kepulan asap penyesalan tinggi keatas menuju awan.

       Apa yang salah dari mereka yang berani bertarung untuk hidup dan mati dengan angka angka yang mereka sendiri tidak tau berguna atau tidaknya di kehidupan selanjutnya, dan itu semua hanya untuk para pengaharap yang mengalihkan semuanya terlaksana dengan sang pemimpi, padahal para pemimpi sama sekali tak ingin melakukannya, tapi apa daya jika hidup masih dibawah pengawasan untuk masa depan.

        Salahkah jika aku ingin terus bersama benda mati yang dicintai beribu bahkan miliaran manusia dimuka bumi. Bertarung layaknya gladioator modern untuk sebuah kemenangan yang tak tertandingi kebahahiannya. Kata orang, hal itu tak menghasilkan apa apa. Coba buka matamu dan liat sekelilingmu apa yang terjadi jika aku melejit tinggi di sana.

       Aku tak pernah ingin dilahirkan disini, tak pernah ingin jadi apa aku nanti sebelum terlahir. Takdir yang membuatku disini, aku bersyukur. Terlahir ditempat yang kaya akan segalanya, budaya, harta, sumber daya. Aku bangga. Memang yang aku inginkan sangat minim disini. Coba kau tengok lagi, mereka yang terlahir disini mampu menunjukkan diri di dunia luar yang berhasil mengenal mereka. Apa aku tak pantas untuk menjadi mereka? Atau kalian takut kehilangan ku ketika aku jauh tinggi diatas nanti? Kalian salah. Aku tak sebrengsek itu.

       Aku tak menyesali apa yang terjadi saat ini. Tapi dengan apa yang terjadi waktu itu tentang keterlambatan dan penyesalan, aku ingin kalian mengabulkan permintaanku yang lain. Tetap dijalur yang kau inginkan dan finish yang kau mau, hanya saja aku ingin mengakhiri nya dengan cara yang berbeda. Aku ingin berlari kesana sini dengan hidup yang tak terisolasi. Jangan khawatir, tujuanku tetap untuk membahagiakanmu, dan biarkan aku dengan caraku.

Wednesday, May 3, 2017

Kesepakatan Hidup dan Mati

       Suatu malam datang seseorang dengan kibasan sayap putih menghampiri pecundang mimpi yang tidak bisa berdiri.
      "Apa yang kau keluhkan pecundang?" tanyanya dengan sayap masih berkibas kibas menggantung diudara
       "Apa yang aku inginkan tak pernah jadi kehidupan" jawabnya menengadahkan kepala keatas seperti pengemis
       "Apa yang kau inginkan?" kali ini terdengar sedikit lembut
       "Aku hanya ingin kembali kemasa lalu, disaat semua bisa kurubah menjadi lebih baik"
       "Kau tau jika kau kembali kau akan merusak garis waktu" Sayapnya tak berkibas lagi, turun menyentuh dasar permukaan lalu berjalan kearah pecundang
       "Sekali saja, kasih aku kesempatan dan tak akan kusia siakan" dan mereka berbicara satu garis lurus sejajar
       "Tidak bisa. Dan pula, apa yang membuatmu ingin kembali?" Tatapan itu bisa diartikan dengan mata pembunuh
       "Aku kehilangan orang orang yang peduli, orang orang yang bisa kuajak berbicara, dunia yang tak semestinya aku inginkan, dan kebahagiaan yang semakin jauh semakin hilang" kibasan itu kembali membentang
       "Kau terlambat. Mereka sudah pergi tanpa perduli kesengsaraan hatimu yang rapuh tertelan waktu." Dan makhluk bersayap itu berbalik seakan akan ingin pergi
       "Jika mengembalikan masa yang lalu mustahil, maka izinkan aku meminta satu hal lagi"
      "Apa?" tanyanya kepada pecundang dan tak menatapnya sama sekali
       "Aku ingin semua selesai dengan hidupku" Makhluk bersayap berbalik badan
       "Untuk apa?"
       "Aku hanya ingin sekedar mengetahui bagaimana mereka mengenangku ketika garis waktu tentangku terhapus. Apakah mereka menangis? Bersedih? Berduka? Atau" Belum sempat pecundang melanjutkan
        "Atau mereka bahagia? Gembira? Bersyukur karena beban hidup mereka telah tiada, dan menghadapi surga atau neraka. Bahkan mungkin mereka berharap kau didalam neraka untuk tersiksa selamanya" Mata putih itu berubah menjadi api merah, sayap yang berkibas berubah menjadi hitam pekat
        "Apakah permintaanku bisa kau penuhi?" Tanya pecundang
        "Bisa, dengan satu syarat, kita bikin sebuah kesepakatan" makhluk itu mendekat berjarak 10 senti dari mata pecundang
        "Apa?" Pecundang berbalik menantang
        "Kau tentukan 5 orang yang kau kenal di bumi, untuk kita liat perubahan mereka dalam tujuh hari setelah kematianmu"
       "Lalu?" Pecundang kembali bertanya
       "Jika 3 orang masih bersedih setelah tujuh hari kematianmu, kau akan kutempatkan ditempat paling layak di dunia akhir ini"
      "Jika tidak?" Dan pertanyaan bodoh terlontar
      "Kau akan tersiksa selama lamanya hingga akhir waktu yang tak ditentukan"
       Pecundang berpikir untuk itu, mempertaruhkan kehidupan keduanya dengan lima orang yang dia sendirinya tidak yakin akan menyelamatkan di jalan untuk kehidupan kedua. Dan dia tetap ingin untuk kematian itu dipercepat.
        "Cabutlah nyawaku malam ini, dan aku setuju dengan kesepakatan kita"
       Seketika dada sesak seakan akan tak berdetak. Oksigen yang menjalar melalui darah ke jantung terhambat tak mengalir. Nyeri dibagian kiri seakan akan hujaman pisau mesir kuno tertancap berulang kali tak terhitung lagi. Seketika semua bergerak hingga ubun ubun. Jeritan terakhir terdengar jelas oleh seisi rumah pertanda sang pecundang akan pergi. Dan setelah semua berakhir, pecundang baru menyadari dia pergi tanpa sempat permisi.

       Dan semua kembali dengan kesepakatan hidup dan mati.