Tuesday, November 29, 2016

Pecundang

     Untuk mengakui kepada diriku sendiri bahwa aku mencintaimu saja aku tak bisa.  Entah teori apa yang bisa menjelaskan tentang konspirasi rasa yang dibentuk sedemikian rumit hingga tak terpecahkan olehku. Seandainya saja semua bentuk zat dimuka bumi ini seperti angin dan hujan bisa menyampaikan salam rasa yang telah lama bersemanyam didalam rongga hati yang sejak dulu tak terisi ini kepadamu yang sekarang sudah menjadi kepemilikan orang lain.

     Aku adalah gelandangan di dunia romansa yang berhasil aku ciptakan sendiri didunia khayalku. Kau bisa bilang aku pecundang. Pecundang yang hanya bisa diam disudut kota, memandangmu yang mungkin sedang bahagia dibawah lampu hujan merah muda, bukan bersamaku pastinya.

     Aku akui aku kalah.  Kalah jauh bahkan sebelum angkat senjata. Kamu adalah doa doa yang selalu aku semogakan.  Omong kosong bila aku memberikan pernyataan bahwa aku bahagia ketika kau bersama orang yang selalu bisa membuatmu tersenyum dengan senyuman yang berhasil membuatku jatuh cinta segila ini.

     Tak perlu takut. Aku tak akan menghilangkan rasa cintamu kepadanya. Biar aku tetap disini dan memandangmu disatu titik walau itu untuk waktu yang lama. Mungkin terlihat omong kosong,  tapi pecundang ini ingin mengatakan bahwa.  Ketika aku mencintai seseorang wanita dengan sangat, tetapi ada orang lain yang mencintai dan menyayangimu melebihiku,  maka dari hati yang paling dalam, aku akan mendoakan kebahagiaanmu bersamanya. Karena kebahagiaanmu adalah alasan seseorang untuk tersenyum.