Karya:
Zhafran Hafizhki
Bagas
masih memandang keluar jendela, rintikan hujan turun perlahan menyentuh bumi
mengeluarkan bunyi berirama. Bagas tersenyum melihat kotak kecil di atas meja
kerjanya yang sudah beberapa hari ini tak pernah ia sentuh, pandangannya
beralih menatap kotak kecil itu. Bagas berjalan menuju kotak itu, kembali duduk
diatas kasur kesayangannya, membuka kotak itu perlahan, ada banyak memori
kenangan didalamnya tentang Bagas dan gadis itu, tentang cinta yang tak pernah diketahui,
dan tentang hati yang tak pernah bisa untuk dibohongi.
Bagas
mengambil foto foto yang ada didalamnya, berusaha kembali mengingat masa masa
indah itu, Bagas melihat ke belakang, seseorang yang sekarang mendampinginya
untuk hidup selamanya, menyayanginya, dan memberikan semua cinta yang gadis itu
miliki untuknya seorang. Istrinya masih tertidur lelap, Bagas tersenyum
“Maafkan
aku yang tidur sedikit larut malam ini, untuk mengingat kenangan itu, tenang
saja rasaku padamu tak akan pernah berubah, izinkan aku untuk mengingat semua
itu sekarang, hanya malam ini saja.”
..........
Sabtu, 7 July 2007
“
tugasnya sudah selesai?” tanya gadis itu kepada Bagas yang sedang duduk manis
diatas mejanya masih menyalin catatan di papan tulis putih saat pelajaran tadi
“belum
nih, masih lumayan banyak” jawab Bagas tak melihat kearah gadis itu sedikitpun
“
kamu sih tidur, sebentar lagi masuk, ga bakal sempet nyalin semuanya, kamu bawa
aja catatanku, salinnya dirumah” Bagas berhenti menulis, menatap gadis itu,
lalu tersenyum
“Thanks
Nat” Dan gadis itu membalas senyumnya
Nattasha
Angelica, seorang gadis sederhana dengan kepintaran yang belum bisa ditandingi
siapapun disekolah ini, tak heran jika banyak yang ingin bersamanya, ditambah
lagi wajahnya yang sedikit mempunyai wajah keturunan Australia dari ibunya. Nattasha
punya berbagai hal, jika ia menginginkan itu, wajar saja karna sang ayah
seorang direktur di sebuah perusahaan besar di ibu kota, dan sang ibu adalah
seorang desainer yang sudah punya nama di negara Indonesia ini.
Bagas
menyukai gadis itu sejak lama, tuhan punya rencana terbaik untuk mempertemukan
semua insan di muka bumi, dan Bagas meyakini akan pertemuannya dengan Nat
bukanlah sebuah kebetulan, melainkan itu adalah rencana tuhan untuknya.
Bagas
sempat ingin mengungkapkan perasaannya untuk gadis yang ia kagumi sejak dulu,
tetapi belum waktunya, karna tuhan belum mengizinkan hal itu terjadi.
Nat
duduk dibangkunya, tepat dibelakang bangku Bagas, mengambil pulpen dan mulai
memeriksa apa yang dikerjakan Bagas. Itulah rutinitas sehari hari yang mereka
lakukan, menghabiskan waktu istirahat didalam kelas berdua. Ya, hanya mereka
berdua.
“Nat”
Bagas memanggil gadis itu lalu menghadap kearahnya
“hmmm”
jawab Nat dan masih menatap lembaran jawaban itu
“
kenapa kamu rajin sekali belajar?”
“karna
aku ingin menjadi apa yang aku mau”
“emang
kamu mau jadi apa?” tanya Bagas lagi
“Mau
jadi dokter” jawab gadis itu mantap
“
aku berani bertaruh, nanti jika kamu benar benar menjadi seorang dokter, kamu
tidak akan membutuhkan Cos, Sin, Tan, Dan rumus rumus Integral yang bikin mumet
itu” gadis itu selesai memeriksa jawaban Bagas, Lumayan bagus.
Nat
hanya mengangguk dengan apa yang dikatakan Bagas, memang ada benarnya apa yang
dikatakannya.
“apa
kau tidak percaya?” tanya bagas
“aku
percaya”
“kalo
begitu kenapa masih saja belajar?”
“Gini
ya gas, ada hal yang bisa dan tidak perlu untuk dikatakan”
“mau
bertanding?” Tantang gadis itu
“
baik, apa hukumannya?” tanya bagas tertantang
“
terserah apa yang kamu mau lakukan dengan rambutmu” jawab Nat mantap
“kalo
aku yang menang kau harus mengikat rambutmu selama sebulan” Bagas balik
menantang
“deal” lalu mereka bersalaman
Sejak
perjanjian itu, Bagas tak pernah berhenti mengerjakan soal soal yang diberikan
gurunya, dan pastinya dengan hasil yang sempurna.
Mereka
terkadang belajar bersama bahkan menginap di sekolah untuk belajar bersama,
mengerjakan soal soal yang mereka anggap sulit, terkadang mengadakan
pertandingan kecil dengan siapa yang mengerjakan soal soal itu dengan cepat dan
tepat. Dan mereka bersaing dengan itu. Perubahan yang drastis terlihat dari
Bagas, dan pastinya dengan hadirnya Nat
Pengumuman
hasil ujian akhir pun tiba, semua murid datang melihat hasil nilai yang mereka
dapatkan, Nat berlari menuju pengumuman itu, terkecuali Bagas yang yakin dengan
nilainya bisa mengalahkan Nat, dari arah kerumunan itu Nat melompat gembira
melihat kearah Bagas dibelakan sana, tersenyum memberi isyarat bahwa cowok itu
kalah.
Malam
ini mereka masih berada di sekolah, belajar hingga pukul 10 malam nanti. Bagas
belum datang malam itu, bukannya tidak hadir tetapi hanya sedikit terlambat,
memenuhi janjinya.
Suara
gesekan antara sepatu dan lantai berbunyi dari luar kelas beiringan dengan
derasnya hujan dimalam itu, Bagas memasuki kelas dengan rambut barunya dan Nat
hanya tertawa melihat cowok itu dengan kepala botaknya, tidak terlalu botak,
hanya beberapa senti yang menghiasi kepalanya itu, dan malam itu Nat tertawa
dengan penampilan baru cowok itu.
“
sudah aku bilang kan kamu yang kalah” dan sifatnya yang percaya diri itulah
bisa membuat Bagas terpesona
Keesokan
harinya Bagas tidak tahu kenapa gadis itu mengikat rambutnya meskipun dia
menang. Tapi sejak saat itu, Bagas menyadari ternyata menjadi giat belajar
adalah sesuatu yang menyenangkan.
Singkat
cerita, Hari kelulusan tiba, Nat memberikan sedikit kata sambutan mewakili
angkatannya, dengan wajah yang sangat cantik dan menawan, gadis itu
menyampaikan segala hal yang perlu disampaikan layaknya orang dewasa.
Mereka
bertemu satu sama lain, menghiasi pakaian mereka dengan coretas coretan yang
memberi kesan perpisahan. Bagas menghampiri gadis itu
“Nat,
terima kasih ya untuk semuanya” gadis itu hanya tersenyum, lalu bagas pergi bergabung
bersama teman temannya
Nat
menatap Dinda sebagai sahabatnya selama ini...
“aku
iri kepadamu, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA, banyak sekali yang mengejarmu”
“memang
banyak yang mengejar sih, tapii..”
“jangan
bilang jika banyak yang mengejar itu merepotkan?” potong Dinda, Nat hanya
tersenyum
“tapi,
aku sudah memutuskan memilih siapa diantara mereka yang mengejarku”
“siapa?”
tanya Dinda penasaran, Nat sedikit mendekatkan wajahnya kearah telinga
sahabatnya itu lalu berbisik pelan
“Jika
Bagas menyatakan perasaannya padaku, aku akan sangat senang”
“cieee,
tinggal menunggu waktu kok. Oh ya, selamat yaa atas kelulusannya, sukses terus”
dan mereka berpelukan bahagia
Dibalik
dua sahabat yang sedang merasakan kebahagiaan, Bagas menatap mereka di sudut
lain, lebih tepatnya kearah gadis itu.
“Apakah
kau tidak menangkap sinyal itu Nat? Mungkinkah rasa ini seharusnya tidak ada?”
batinya berbicara
Liburan
pun tiba, mereka ada yang menghabiskan waktu dengan pergi keluar kota ataupun
keluar negeri, tak terkecuali Nat dan Bagas mereka juga menghabiskan liburan di
luar kota, hanya 5 hari saja, yaa.. hanya mereka berdua.
Mereka
menghabiskan liburan dengan berdua, jalan jalan ke alun alun ibu kota, ke
tempat hiburan yang megah di kota itu, menonton sebuah pertunjukan di pasar
malam. Dan hari ini, mereka menghabiskan malam terakhir itu dengan merayakan
tahun yang akan berganti.
Mereka
membeli lampion untuk ikut serta dengan pengunjung pantai lainnya, menulis
beberapa kalimat disana dengan spidol hitam yang disediakan.
“kamu
tulis apa?” tanya gadis itu penasaran
“tulis
sendiri sendiri dong, ga boleh mengintip” balas bagas
Mereka
membakar kertas dibawah lampion itu, yang akan mereka lepaskan untuk terbang
kelangit, Bagas memulainya
“Nat,
aku menyukaimu, amat sangat menyukaimu, suatu hari nanti aku akan
mendapatkanmu, sepuluh juta persen aku akan mendapatkanmu”
“
apakah kamu ingin tahu jawabannya? Aku bisa memberitahumu sekarang” bagas diam,
masih diam mendengar pertanyaan gadis itu
“Tidak,
aku tidak bertanya padamu. Jadi, kau tidak boleh menolakku.”
“kamu
benar benar tidak ingin tahu?” tanya gadis itu lagi, berharap Bagas menjawab “iya”
“tolong
jangan beritahuku sekarang, biarkanlah aku untuk tetap menyukaimu” lalu mereka
melepas lampion itu dan terbang kelangit
“aku
juga menyukaimu gas” kata gadis itu dalam batin
........
1
tahun berlalu sejak kejadian itu, mereka masih terlihat akrab dengan obrolan
obrolan yang tidak pernah habis ceritanya. Setelah kejadian itu Nat sempat
berpacaran dengan salah satu teman sekolahnya di SMA. Bagas cemburu waktu itu, dia
sempat merasa sangat bodoh ketika tidak ingin tahu jawaban gadis itu, dia
berfikir kembali. Biarkanlah jawaban itu tidak dia ucapkan, karna dia tidak
ingin sakit hati dengan jawaban gadis itu ketika dia menolaknya.
Hari
demi hari terus berlalu, hubungan mereka sedikit renggang. Malam itu Bagas
menelpon Nat, mereka berbicara tentang masa depan yang akan mereka raih dan
malam itu Bagas menayakannya
“
Nat, boleh aku bertanya padamu?” tanya bagas ditengah obrolan mereka
“mengapa
waktu itu kamu tidak menerima rasa suka ini kepadamu, dan aku tau waktu itu kau
pasti menolakku, aku tak ingin sakit ketika mendengar jawaban itu, dan mengapa
kau menolakku untuk menjadi pacarmu?” tanya bagas melanjutkan
“
sering mendengar orang berkata, dalam percintaan masa paling romantis adalah
masa masa pendekatan, pada saat benar benar sudah jadian, akan banyak perasaan
yang akan sirna, jadi lebih baik aku membiarkanmu untuk mengejarku lebih lama
lagi. Daripada saat benar benar sudah jadian tidak romantis lagi. Kalo begitu
kan aku yang rugi”
“memang
licik sekali kamu ya” dan mereka tertawa disana lalu saling memandang bulan
ditempat yang berbeda
“hhmmm...
Nat, apakah kau percaya dengan dimensi paralel?”
Dimensi
paralel adalah dimensi yang dimana diri kita yang lain berada disuatu tempat
dan melakukan hal yang berbeda dari yang kita lakukan sekarang
“mungkin
di dimensi paralel itu kita sedang bersama” Bagas melanjutkan
“iyaa,
aku benar benar iri terhadap mereka” mereka saling tersenyum
“gas..
terima kasih telah menyukaiku” kata gadis itu tulus diseberang sana
“aku
juga suka pada diriku yang menyukaimu saat itu”
.......
Semester
akhir pun mereka jalani, semua mahasiswa sibuk dengan hal hal yang perlu mereka
kerjakan untuk ujian semester ini. Nat lebih dulu lulus dari Bagas, karna Bagas
sempat malas dan harus mengulang 1 semester yang tertinggal. Dan bagas masih
dengan tugas tugas makalahnya di perpustakaan dengan laptopnya. Dan dia
menerima sebuah telepon
“halo
teman lama, lagi sibuk ya?” tanya gadis itu diseberang sana
“tentu
saja sibuk”
“oke,
aku tidak peduli mau sesibuk apapun kamu sekarang, hal ini kamu yang pertama
kuberitahu”
“apaan?
Kalo ada waktu luang kau memintaku untuk mengejarmu lagi ya?” tanya Bagas
dengan sok tau
“kali
ini takutnya tidak bisa lagi” jawab gadis itu
“kenapa?”
.............
“oi
bagas, cepetan lu pengen tu cewek cuma nunggu kehadiran lu doang?” teriak Dimas
dari arah bawah bersama Dinda
“oke,
sebentar lagi gue keluar” jawab bagas dari dalam kamar
Mereka
tiba disebuah gedung megah, duduk di meja yang berbentuk lingkaran dengan alas
berwarna merah. Mereka bertiga menunggu kehadiran wanita itu, wanita yang
pernah diidam idamkan Bagas, mungkin sampai saat ini. Mereka bercanda disana,
sambil menunggu gadis itu.
“ih kalian,
ga pernah bisa mendoakan teman sendiri bahagia” Dinda memukul Dimas lalu Bagas
“bodoh,
kalo kamu sangat menyukai seorang wanita, kamu akan tahu. Untuk benar benar
mendoakan dia bahagia bersama orang lain adalah satu hal yang mustahil”
Tiba
tiba lampu diruangan itu mati, hanya ada lampu sorot yang mengarah kearah pintu
tempat gadis itu masuk kedalam ruangan. Gadis itu keluar dari sana, bersama seseorang
yang akan hidup selamanya bersama Nat. Akhirnya Bagas berani untuk hadir
keacara sakral itu, keacara pernikahan gadis yang ia kagumi sejak lama itu. Nat
begitu anggun dengan gaun putihnya, Nat dan laki laki itu bergandengan diiringi
dengan tepuk tangan dari peserta undangan yang hadir waktu itu, berjalan diatas
karpet merah menuju pelaminan dan mengucapkan kata kata sakral itu.
“aku
salah, ternyata ketika kamu sangat sangat menyukai seorang wanita dan ketika
itu ada seseorang yang mengasihinya, mencintainya untuk kehidupan yang abadi
dengan sebuah pernikahan. Maka kamu akan benar benar dari dalam hati yang
paling dalam, mendoakannya untuk bahagia selamanya” batinya berucap lalu dia
tersenyum