Tuesday, February 28, 2017

Bagian Dari Rencana

       Rencana apa yang dipersiapkan Tuhan untuk cerita yang sejak awal tertulis jelas untukku. Aku hanya bagian kecil dari cerita yang kau tulis sejak dulu, wajar saja tidak terlihat, aku sadar.

       Kenapa hanya aku saja yang tak terlihat olehmu,  harus seberapa besar lgi usaha hati untuk menyadarkanmu bahwa aku ada. Sulit memang tapi sudah kukatakan aku suka berjuang.

       Sampai detik ini aku masih berharap atas cinta yang ada untuk kau balas, seperti halnya hujan dan pelangi yang selalu hadir berdampingan walaupun tidak bersamaan. Dan kini aku menunggu pelangi itu untuk hadir, walau lama tak masalah karena waktu tau kapan ia harus bertanggung jawab atas pertemuan antara kau dan aku.

Sunday, February 26, 2017

Setidaknya

       Jika kau tanya kenapa aku sampai detik ini masih terus mencintaimu. Jawabannya karena aku suka berjuang. Walaupun terkadang sulit,  memperjuangkanmu adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Entah kenapa.

       Ada yang beku? Bibir
       Ada yang berdegup lebih cepat ketika mendengarkanmu berbicara? Jantung
       Ada yang berdesir hebat? Darah
       Ada yang jatuh cinta padamu? Aku.

       Ini adalah tulisanku yang kesekian kalinya yang saat kutulis kau yang aku bayangkan, ah tak penting bagimu. Dan sampai saat ini aku masih menunggu perjanjianku dengan waktu untuk memberitahumu.

       Biarkan aku dengan kebahagiaan ku saat ini, jika nanti memang sebuah penolakan yang aku dapat dengan lapang dada aku terima keputusanmu. Setidaknya kau tau bahwa kamu pernah memperjuangkanmu.

Friday, February 24, 2017

Cinta Tanpa Kebohongan

       Mungkin bagimu ini hanyalah bualan atau omong kosong belaka. Hanya sekedar ucapan agar kau bahagia sesaat. Aku harus apa? Untuk mengatakan aku mencintaimu saja aku tak bisa.  Apalagi meyakinkanmu untuk hal itu.

       Ah lelah terlalu berharap pada waktu agar secepat mungkin menyadarkanmu. Bahwa cinta yang ada semakin hari semakin besar. Biasa saja mungkin menurutmu. Tapi asal kau tau,  sebelum aku mati sesaat ketika malam, wajahmu yang paling akhir kulihat dalam bayang pikiran. Tapi sayangnya kau tak pernah tau itu.

       Berapa lama lagi aku harus menunggu? Untuk pertemuan pertama antara kau dan aku. Jujur, aku tak pernah percaya cinta pada pandangan pertama. Karena sebelum bertemu saja aku sudah jatuh cinta kepadamu.

       Entah apalagi yang akan kau katakan setelah membaca ini, berlebihan? Memang. Aku terlalu berlebihan berharap padamu, berharap agar pesan merah muda ini tersampaikan ditelingamu dan tersimpan manis didalam hatimu.

       Asal kau tau, hingga baris tulisanku saat ini,  dan hingga detik ini masih berjalan. Aku masih berharap untuk kau tau rasa ini,  tanpa kebohongan.

Wednesday, February 22, 2017

Senja Jingga

       Mau aku kamu ada. Tapi apa daya manusia biasa yang cuma bisa mencinta dalam diam tanpa kau ketahui bahwa aku ada. Jadilah aku seperti buih dilautan yang terus ditemukan dipinggir pantai,  terabaikan dan akan kembali kelautan.

       Aku masih disini untukmu,  masih menatapmu dalam diam. Mungkin kau sadar bahwa aku ada,  tapi untuk rasa yang ada dihatiku,  kau tau? Ku berharap kau tau.

       Ah entahlah,  terlalu besar harapan yang kupertaruhkan untukmu. Hanya sekedar kau sadar bahwa rasa ini ada saja aku pesimis. Untuk tingkat yang lain? Aku tak berani berharap. Harus berapa lama lagi untuk menunggumu sadar aku tak tau yang jelas aku hanya ditugaskan untuk menunggu.

       Kau bertanya kenapa tak ku ungkapkan saja kepadamu? Aku tak berani. Jujur sampai baris tulisan aku yang kesekian ini aku masih tak berani untuk mengatakannya padamu. Dan biarlah senja menyelesaikan tugasnya sebelum malam untuk menyadarkanmu bahwa dibumi bagian tenggara,  arah angin selatan pulau sumatera, ada seseorang yang diam diam ingin kau tau bahwa rasa yang dia pendam begitu besar untukmu. Semoga kali ini senja berpihak padaku.

Tuesday, February 14, 2017

Kebohongan Waktu

       Kali ini waktu benar benar tidak sepihak padaku. Entah apa alasannya membatalkan pertemuan yang telah kita susun jauh sebelum hari itu terjadi. Tapi apaboleh buat, sosok gaib itu belum mengizinkanku menemuimu esok pagi.

      Aku tak tau perjanjian apalagi yang akan diberikan waktu untuk rancangan pertemuan kita selanjutnya. Dan aku harap ini bukan kebohongan keduanya setelah hari ini. Jika memang saja merindukanmu adalah sebuah aktivitas yang bisa membuahkan uang. Aku pasti telah menjadi orang paling kaya sedunia. Lalu akan aku bayar orang orang jenius didunia untuk membuat mesin waktu. Berapapun mereka meminta bayaran aku tak perduli. Karena bertemu denganmu lebih mahal dari apapun. Ah sudahlah, aku terlalu berlebihan.

       Aku pasti menunggu janji waktu kepadaku untuk pertemuan selanjutnya. Dan aku akan selalu berdoa kepada sang pencipta waktu untuk bertanggung jawab atas kebohongan waktu hari ini. Semoga saja Tuhan mengabulkan rentetan doa doaku kepada-Nya untuk sebuah pertemuan.

       Semoga waktu menepati janjinya kali ini.

Thursday, February 9, 2017

Orang Asing

       Hai orang asing. Setelah sekian lama tak bertemu hingga-hingga rasa kenalku kepadamu telah berkurang dan hampir hilang. Apa kabar?  Baik baik saja kan? Bagaimana tentang rasa yang dulu ada?  Masih kau simpan?  Aku malah berharap kau berhasil membuatnya jatuh tenggelam dalam kegelapan masa lalu,  aku masih dalam titik dimana ketika waktu berada diantara kau pergi dan akupun harus pergi.

       Satu persatu dua pasang derap kaki saling beradu membunyikan suaranya walaupun perlahan dan kadang diantara kita masih saja memutarkan kepala sekedar hanya ingin mendengar panggilan agar salah satu dari kita tidak pergi lebih jauh lagi. Dan bodohnya kita memilih untuk tetap diam dan menunggu satu sama lain.

     Bayangmu masih jelas diujung sana, masih ada cinta yang melekat erat dalam jiwa kita dan alam semestapun ikut berbisik bisik tentang perpisahan yang kita ciptakan, pernah aku berpikir untuk pergi berbalik lalu berlari menujumu, tapi apa boleh buat.

       Aku tidak bisa selamanya seperti itu, karena telah dunia ketahui bahwa kehidupan akan selalu erat dengan perpisahan dan perpindahan.

       Untukmu,  tetaplah menjadi asing dalam hidupku hingga aku lupa bahwa aku pernah berada didunia khayal kita.

Saturday, February 4, 2017

Perjanjian Waktu

      Apalah yang berharga dari mendengarkanmu berbicara walaupun apa yang kau bicarakan itu tak sepenuhnya menarik perhatianku. Bukan soal pembicaraannya yang mendapat perhatianku,  tapi dirimu. Sayangnya angin  tak bisa berbicara untuk menyampaikan apa yang aku bicarakan kepadanya saat malam yang ditemani hujan.

      Maafkan aku, pengecut memang. Hanya berani berbicara denganmu melalui tatap mata antara aku dan layar digital yang kugenggam saat ini. Lagi lagi persoalan jarak yang membuat cerita yang kurangkai harus tertahan disini,  entah sampai kapan dan aku harap kau tak menghancurkan rentetan puisi yang kutulis untukmu karena sebuah penolakan.

      Tapi tak apa,  karena aku mengerti akan keadaan yang tak akan pernah bisa untuk dipaksa sesuai keinginan hati manusia. Biarlah dalam diam dan perbedaan jarak ini perlahan luluh oleh keteguhan cintaku kepadamu. Tak perlu kau tau tentang ini sekarang. Karena aku dan waktu telah bersepakat untuk memberitahumu nanti. Sekarang izinkan aku untuk tetap menjadi darah dalam nadimu,  yang tak kau rasa dan diam diam menghidupi.