Monday, April 24, 2017

Dalam Aksara

       Aku mencintaimu dalam aksara. Tanpa jeda. Tanpa sisa. Dan biarkan semua tetap seperti ini adanya, seperti manusia yang tak ingin pelangi cepat pergi meninggalkan bumi. Begitupun aku yang selalu ingin menghentikan waktu hanya sekedar untuk mendengarkanmu berbicara.

       Perjumpaan yang telah direncanakan mungkin sudah tertulis rapi di ujung waktu menuju kekalnya kehidupan abadi. Dan kita tetap bersama, sebilah kerinduan terus meletup letup, seperti kembang api ditengah langit malam hari.

       Tak ada hal lain yang ingin kukatakan kepada langit selain rasa syukur masih bisa melihat purnama yang sama walaupun di tempat yang berbeda. Karena angin bersedia membawa pesan cinta hanya untuk sekedar mengatakan kepadamu bahwa aku baik baik saja dan pastinya salam rindu dari hati yang tak ingin cinta ini cepat berlalu.

        Untuk kamu. Percayalah bahwa cinta yang pernah ada dan masih tersimpan hingga detik ini terus berlipat ganda, meregenerasikan dirinya sendiri agar cinta yang ada tetap utuh untukmu walau tak kau sentuh. Semua akan baik baik saja, karena cinta telah mengenal bentuk lain dari dirinya ketika masuk menjelma lalu bersatu.

Friday, April 21, 2017

Akhir Lini Masa

       Pernah kubilang padamu bahwa aku paling pantang jika larangan mampir menemui jiwa yang suka tenggelam ini. Apapun. Tanpa terkecuali.

      Tapi saat bersamamu, entah keangkuhan itu seketika sirna tak bersisa. Menjadikanmu prioritas pertama lalu menomersatukan setiap apa yang kau katakan padaku, walaupun dulu sebelum bertemu aku tak suka tentang itu.

       Terima kasih sudah membuatku lebih baik, ketika berada di titik paling bawah dan kau selalu ada untuk merubahnya menjadi sesuatu yang saat ini membuatku mengerti bahwa kau segalanya.

       Sudah kubilang aku mencintaimu tanpa koma, tanpa tapi. Jadi tetaplah jadi titik bagiku. Untuk satu yang nanti kita tuju bersama sama. Dan kini, aku milikmu. Tanpa pretensi, tanpa jeda, lalu kita tetap mengalir bersama menuju akhir lini masa.

Wednesday, April 19, 2017

Tanpa Tapi Tanpa Koma

       Alur cerita kita masih dalam rupa yang terlihat walau kasat mata. Masih dijalannya. Tapi apakah didepan nanti jalan yang ada akan berbelok kekanan atau kekiri? Aku harap aku bsa mengikutimu hingga akhir waktu.

        Sedalam lautan aku ingin mengungkapkan bahwa hanya kau yang membuatku untuk menjadikanmu sebagai satu tujuan. Kau mungkin bisa menaikkan sedikit garis sinergis lurus satu centi meter atau bahkan lebih ketika kau mendengar bahwa aku mencintaimu dalam aksara tanpa pretensi hati.

        Memang aku bukan seseorang yang mampu berlari kencang menjelajah waktu dan melihat garis masa depan untuk memastikan apakah kau benar milikku atau orang lain. Apakah kita harus tunduk terhadap takdir? Setahuku doa mampu membuatnya berubah, dan pastinya usaha harus menyertainya.

        Aku ingin tak ada keraguanmu bahkan nol koma sekian persen terhadap keinginanku untuk memilikimu seutuhnya di lain waktu. Sekerjap saja pejamkan matamu lalu lihatlah aku yang lain menunggumu di ujung waktu. Dan ketika keraguanmu mencapai titik puncak, aku akan menjemputmu, meminta izin kepada orang tuamu untuk sehidup semati. Lalu kita kunci rumah dalam dunia asmara yang telah kuceritakan untuk selamanya.

       Dan ketika izin dari mereka aku terima, kita berjalan berdampingan untuk kedepan lebih lama bahkan selamanya. Semoga kali ini bukan hanya waktu dan semesta yang berpihak padaku. Tapi Tuhan sang maha romantis merestui cerita kita yang fantastis. Aku mencintaimu titik. Tanpa tapi tanpa koma.

Monday, April 17, 2017

Semesta Berencana

      Apa yang sedang kamu pikirkan? Seketika aku ingin menulis ini untuk memberitahumu bahwa sudah sudah berapa banyak kata yang tersimpan rapih di kepala untuk kutuangkan semua menjadi cerita indah untuk kau baca.

       Sedang apa kau disana? Adakah serumpun detik membentak, menyisakan sedikit rasa untuk kita habiskan hari ini tanpa sia sia. Tenang rasa yang ada siap bergenerasi kembali ketika malam menutup cerita kita hari ini. Untuk kehabisan rasa yang ada aku kira tak perlu kau pikirkan, karena cinta yang bersemayam dalam di hati masih menuliskan namamu direlung waktu.

       Aku menunggu kejutan lain dari semesta untuk memberikan jalan terbuka agar aku bisa menemuimu disana. Entah kapan akupun tak tau, tapi ketika jalan yang ada sudah berhasil memenuhi isi kelopak mata, aku akan kesana. Aku bukan manusia yang penuh janji, tapi aku manusia sang pujangga cinta dan siap dengan resiko resiko yang diberikan jarak kepada kita.

       Tunggulah disana, dan sepertinya kita harus mempersiapkan bagaimana caranya kita berterima kasih kepada waktu (lagi) dan untuk kesekian kalinya aku sarankan kita mempersiapkan untuk nanti ketika dua mata yang penuh cinta ini bertemu lalu bertegur sapa secara nyata dengan rencana yang kita atur rapi tanpa melewatkan sedetikpun untuk saling diam menerkam cerita malam.

Sunday, April 9, 2017

Hingga Waktu Itu Tiba

       Wahai jarak wahai waktu. Mana janjimu? Yang akan berteman akrab denganku untuknya. Meminta untuk tetap menjaga hati yang bersama karenamu, dan kuharap kau menjaga apa yang telah kau leburkan menjadi satu.

        Untuk kamu yang saat ini beratus kilometer berada disana, aku minta maaf untuk hal ini. Berjuanglah denganku hingga waktu tak bisa memisahkan percakapan kita setiap malam.

         Sejatinya aku akan tetap mencintaimu dan perlahan jarak akan berhenti bertindak untuk air mata yang jatuh menyentuh bumi. Bertahanlah karena ini tak akan lama. Hingga waktunya tiba aku akan datang menjemputmu lalu bercerita bagaimana aku terus mengadu ditengah sendu malam minggu untuk hati yang selalu runtuh karena jarak dan waktu.

         Semoga kau pun begitu. Dan aku berharap semua akan baik baik saja hingga waktu yang kita tunggu tiba untuk bersama lalu kita bertemu diujung waktu yang entah kapan akan membatasi dunia kita. Aku menyayangimu karena yang Maha Romantis.