Saturday, February 4, 2017

Perjanjian Waktu

      Apalah yang berharga dari mendengarkanmu berbicara walaupun apa yang kau bicarakan itu tak sepenuhnya menarik perhatianku. Bukan soal pembicaraannya yang mendapat perhatianku,  tapi dirimu. Sayangnya angin  tak bisa berbicara untuk menyampaikan apa yang aku bicarakan kepadanya saat malam yang ditemani hujan.

      Maafkan aku, pengecut memang. Hanya berani berbicara denganmu melalui tatap mata antara aku dan layar digital yang kugenggam saat ini. Lagi lagi persoalan jarak yang membuat cerita yang kurangkai harus tertahan disini,  entah sampai kapan dan aku harap kau tak menghancurkan rentetan puisi yang kutulis untukmu karena sebuah penolakan.

      Tapi tak apa,  karena aku mengerti akan keadaan yang tak akan pernah bisa untuk dipaksa sesuai keinginan hati manusia. Biarlah dalam diam dan perbedaan jarak ini perlahan luluh oleh keteguhan cintaku kepadamu. Tak perlu kau tau tentang ini sekarang. Karena aku dan waktu telah bersepakat untuk memberitahumu nanti. Sekarang izinkan aku untuk tetap menjadi darah dalam nadimu,  yang tak kau rasa dan diam diam menghidupi.

No comments:

Post a Comment