Monday, June 26, 2017

Naluri Cinta

       Memang benar adanya bahwa cinta tak bisa diterka dengan nalar logika. Menjadikan kita yang gila karenanya sebagai pejuang kelas teri jika yang ada dan lebih baik mulai menjelma menjadi virus paling mematikan sejagat raya.

        Apalah daya jika hanya sekedar mengandalkan cinta yang besar untuk kehidupan yang lebih baik. Karena semua itu butuh naluri. Mereka menyebutnya pejuang cinta tingkat tinggi. Terlempar dari barisan paling baik yang pernah ada, menjadi serpihan yang antah berantah bak bui dilautan.

         Ah sudahlah, jika memang namamu dan namaku telah tertulis jelas di lauh mahfuz, kekuatan paling dahsyat yang pernah diciptakan manusia pun tak mampu menolaknya. Cukup doa yang semakin hari berlipat ganda disela lima waktu dan sepertiga malam sebelum menjelma menjadi mayat yang menikmati malam mimpi, tentang kau dan aku perihal kebahagiaan dunia akhirat.

        Sudah kukatakan, aku mencintaimu tanpa jeda dan kau tau itu. Sangat tau. Biarlah kini kita mengikuti skenario Tuhan yang ada. Bicara tentang apa yang terjadi nanti, Allah punya rencana terbaik untukku dan untukmu. Kini aku harap kita sama sama meminta untuk satu pikiran yang kau dan aku telah sepakati.

       Semoga kali ini semesta tak bosan bosannya berpihak pada kita. Tentang awal berjumpa, jatuh cinta, lalu mengikat janji dengan bismilah untuk menjadi sepasang insan yang selalu memadu kasih setiap hari setiap pagi. Semoga kalimat sakral itu bisa terucap lantang didepan mereka. Mereka yang menginginkanmu bahagia.

        Tak usah khawatir tentang penghianatan akan janji yang pernah terucap. Cinta yang ada masih berlipat ganda seiring detik yang cabik dilahap sang waktu. Semoga cinta ini sampai nanti selalu tertuju padamu.

No comments:

Post a Comment