Wednesday, May 3, 2017

Kesepakatan Hidup dan Mati

       Suatu malam datang seseorang dengan kibasan sayap putih menghampiri pecundang mimpi yang tidak bisa berdiri.
      "Apa yang kau keluhkan pecundang?" tanyanya dengan sayap masih berkibas kibas menggantung diudara
       "Apa yang aku inginkan tak pernah jadi kehidupan" jawabnya menengadahkan kepala keatas seperti pengemis
       "Apa yang kau inginkan?" kali ini terdengar sedikit lembut
       "Aku hanya ingin kembali kemasa lalu, disaat semua bisa kurubah menjadi lebih baik"
       "Kau tau jika kau kembali kau akan merusak garis waktu" Sayapnya tak berkibas lagi, turun menyentuh dasar permukaan lalu berjalan kearah pecundang
       "Sekali saja, kasih aku kesempatan dan tak akan kusia siakan" dan mereka berbicara satu garis lurus sejajar
       "Tidak bisa. Dan pula, apa yang membuatmu ingin kembali?" Tatapan itu bisa diartikan dengan mata pembunuh
       "Aku kehilangan orang orang yang peduli, orang orang yang bisa kuajak berbicara, dunia yang tak semestinya aku inginkan, dan kebahagiaan yang semakin jauh semakin hilang" kibasan itu kembali membentang
       "Kau terlambat. Mereka sudah pergi tanpa perduli kesengsaraan hatimu yang rapuh tertelan waktu." Dan makhluk bersayap itu berbalik seakan akan ingin pergi
       "Jika mengembalikan masa yang lalu mustahil, maka izinkan aku meminta satu hal lagi"
      "Apa?" tanyanya kepada pecundang dan tak menatapnya sama sekali
       "Aku ingin semua selesai dengan hidupku" Makhluk bersayap berbalik badan
       "Untuk apa?"
       "Aku hanya ingin sekedar mengetahui bagaimana mereka mengenangku ketika garis waktu tentangku terhapus. Apakah mereka menangis? Bersedih? Berduka? Atau" Belum sempat pecundang melanjutkan
        "Atau mereka bahagia? Gembira? Bersyukur karena beban hidup mereka telah tiada, dan menghadapi surga atau neraka. Bahkan mungkin mereka berharap kau didalam neraka untuk tersiksa selamanya" Mata putih itu berubah menjadi api merah, sayap yang berkibas berubah menjadi hitam pekat
        "Apakah permintaanku bisa kau penuhi?" Tanya pecundang
        "Bisa, dengan satu syarat, kita bikin sebuah kesepakatan" makhluk itu mendekat berjarak 10 senti dari mata pecundang
        "Apa?" Pecundang berbalik menantang
        "Kau tentukan 5 orang yang kau kenal di bumi, untuk kita liat perubahan mereka dalam tujuh hari setelah kematianmu"
       "Lalu?" Pecundang kembali bertanya
       "Jika 3 orang masih bersedih setelah tujuh hari kematianmu, kau akan kutempatkan ditempat paling layak di dunia akhir ini"
      "Jika tidak?" Dan pertanyaan bodoh terlontar
      "Kau akan tersiksa selama lamanya hingga akhir waktu yang tak ditentukan"
       Pecundang berpikir untuk itu, mempertaruhkan kehidupan keduanya dengan lima orang yang dia sendirinya tidak yakin akan menyelamatkan di jalan untuk kehidupan kedua. Dan dia tetap ingin untuk kematian itu dipercepat.
        "Cabutlah nyawaku malam ini, dan aku setuju dengan kesepakatan kita"
       Seketika dada sesak seakan akan tak berdetak. Oksigen yang menjalar melalui darah ke jantung terhambat tak mengalir. Nyeri dibagian kiri seakan akan hujaman pisau mesir kuno tertancap berulang kali tak terhitung lagi. Seketika semua bergerak hingga ubun ubun. Jeritan terakhir terdengar jelas oleh seisi rumah pertanda sang pecundang akan pergi. Dan setelah semua berakhir, pecundang baru menyadari dia pergi tanpa sempat permisi.

       Dan semua kembali dengan kesepakatan hidup dan mati.

No comments:

Post a Comment