Thursday, May 4, 2017

Kepulan Penyesalan

       Kutarik sebatang tembakau yang masih utuh dalam kotaknya. Menyalakan api yang dengan indah menari nari diatas pemantik warna merah yang tinggal setengah. Terbakar lalu kuisap dalam dalam, memejamkan mata dan menghembuskan kepulan asap penyesalan tinggi keatas menuju awan.

       Apa yang salah dari mereka yang berani bertarung untuk hidup dan mati dengan angka angka yang mereka sendiri tidak tau berguna atau tidaknya di kehidupan selanjutnya, dan itu semua hanya untuk para pengaharap yang mengalihkan semuanya terlaksana dengan sang pemimpi, padahal para pemimpi sama sekali tak ingin melakukannya, tapi apa daya jika hidup masih dibawah pengawasan untuk masa depan.

        Salahkah jika aku ingin terus bersama benda mati yang dicintai beribu bahkan miliaran manusia dimuka bumi. Bertarung layaknya gladioator modern untuk sebuah kemenangan yang tak tertandingi kebahahiannya. Kata orang, hal itu tak menghasilkan apa apa. Coba buka matamu dan liat sekelilingmu apa yang terjadi jika aku melejit tinggi di sana.

       Aku tak pernah ingin dilahirkan disini, tak pernah ingin jadi apa aku nanti sebelum terlahir. Takdir yang membuatku disini, aku bersyukur. Terlahir ditempat yang kaya akan segalanya, budaya, harta, sumber daya. Aku bangga. Memang yang aku inginkan sangat minim disini. Coba kau tengok lagi, mereka yang terlahir disini mampu menunjukkan diri di dunia luar yang berhasil mengenal mereka. Apa aku tak pantas untuk menjadi mereka? Atau kalian takut kehilangan ku ketika aku jauh tinggi diatas nanti? Kalian salah. Aku tak sebrengsek itu.

       Aku tak menyesali apa yang terjadi saat ini. Tapi dengan apa yang terjadi waktu itu tentang keterlambatan dan penyesalan, aku ingin kalian mengabulkan permintaanku yang lain. Tetap dijalur yang kau inginkan dan finish yang kau mau, hanya saja aku ingin mengakhiri nya dengan cara yang berbeda. Aku ingin berlari kesana sini dengan hidup yang tak terisolasi. Jangan khawatir, tujuanku tetap untuk membahagiakanmu, dan biarkan aku dengan caraku.

No comments:

Post a Comment