Katanya,
hidup itu pilihan.
Dan
dari semua pilihan aktivitas yang disediakan dalam kehidupan ini aku memilih
untuk merindukanmu. boleh boleh saja kan?
Memang
kita belum lama saling mengenal. Tapi sah-sah saja, kan?
Aku
sedari dulu selalu merasa cukup memandangmu dari sudut sini. Dari balik dinding
hatiku yang kadang runtuh diterpan sapa, atau sekedar senyummu. Menghayati
sesosok bidadari dari sisi paling tidak manusiawi. Kala kau menatap itulah kala
kuharus terpejam, aku tak sanggup. Engkau adalah sejumput keindahan dari
milyaran anugrah tuhan, representasi keteduhan tak berperi.
Kau
tau bagaimana caranya lupa bicara seketika? Jadilah diriku lalu temui dirimu,
kau pasti akan merasakan getaran getaran yang selalu membuatmu lumpuh tanpa
daya.
Entah
mengapa aku selalu suka hitam. Meski katanya hitam bukan bagian dari warna,
siapa perduli.
Tapi
tanpa “hitam” aku tak akan pernah jatuh cinta saat menatap bola matamu.
Ini
adalah cerita tentang diriku sendiri. Kalau kamu juga ikut merasakannya, itu
mungkin karena kita hidup di dunia yang sama.
Pada
suatu hari, kita adalah sepasang manusia pemalu. Maksudku, dua manusia pemalu. memangnya siapa aku memasang-masangkan aku dan kamu? Lalu
kita memutuskan untuk mengambil langkah-langkah kecil untuk saling mendekat.
Dulu,
perasaanku adalah sebuah rahasia kecil, dan ketidakpedulianku atas setiap hal
yang berkaitan dengan dirimu adalah sandiwara yang menyakitkan. Sampai akhirnya
kita mencoba untuk saling bicara, bahwa memang ada cinta di sana yang telah
lama menanti untuk kita rayakan, entah sejak kapan. Lalu aku tenggelam didalam
keegoisan diri yang membuatku selalu ingin berada disampingmu, saat itu hingga
sekarang, dan tanpa perlu aku bersuara, kau tau kenapa aku mundur perlahan. Ya,
perbedaan antara ruang keyakinan.
Kini
telah sampai kita disini. Mengucapkan selamat tinggal pada segala jenis
ketakutan yang luruh bersama waktu dan keyakinan
Kita
berpadu dalam detik yang menangis, hany abisa saling bertegur sapa tanpa
memberikan banyak cinta yang sudah melipat gandakan doa doa untuk kebahagiaanmu
disana.
Barangkali
memang begitu. Seperti hujan yang pasti reda. Atau badai yang pasti berlalu.
Rindu akan segera berganti temu, andai memang kau mau. Dan Tuhan pasti
bertanggung jawab, menerima rentetan doa doa untuk sebuah pertemuan
selanjutnya.
No comments:
Post a Comment